RUU TNI Perluas Dwifungsi: Tentara Akan Mengajar TK di Tengah Pemotongan Anggaran Pendidikan

JAKARTA – Di tengah pemotongan drastis anggaran pendidikan dan kontroversi seputar RUU TNI yang baru, pemerintah Indonesia meluncurkan solusi paling berani sejauh ini: 

Menugaskan tentara aktif sebagai guru TK. Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya ini bertujuan untuk mengisi kekosongan besar akibat menyusutnya anggaran pendidikan.

Sersan Budi, seorang veteran dengan 15 tahun pengalaman yang lebih akrab dengan misi di hutan daripada kotak jus, kini memimpin sebuah kelas di Jakarta—menukar senapan dengan penggaris dan meneriakkan perintah saat jam tidur siang. “Latihan tempur dan militer memang berat, tapi tidak ada yang mempersiapkan saya untuk negosiasi tidur siang,” kata Sersan Budi.

“Kalau TNI memang mau ambil alih fungsi sipil, lebih baik mereka tangani fungsi paling penting—guru TK,”

Masyarakat Indonesia yang awalnya menyuarakan kekhawatiran besar atas perluasan peran militer dalam pemerintahan sipil melalui RUU TNI, kini menyaksikan dampak tak terduga: tantrum anak-anak TK menurun dan tingkat kehadiran guru meningkat. “Kalau TNI memang mau ambil alih fungsi sipil, lebih baik mereka tangani fungsi paling penting—guru TK,” kata seorang orang tua Indonesia.

Pemerintah kini mempertimbangkan perluasan lebih lanjut, membayangkan tabel perkalian dan huruf alfabet diajarkan dengan presisi dan disiplin ala militer. Meski kebijakan makan siang gratis nasional menekan anggaran pendidikan secara besar-besaran, tambahan fungsi dalam RUU TNI ini justru mengurangi beban finansial terhadap sumber daya pendidikan.

Tentara seperti Sersan Budi, meskipun merasa anak TK lebih sulit diatur daripada calon prajurit, mulai menerima peran sipil barunya. “Kamuflase militer dulu identik dengan latihan dan operasi militer,” kata Sersean Budi. “Sekarang, itu bagian dari kurikulum finger painting di TK.”